> belajar membuat blok dengan menambahkan widget: Google cardboard (papan kacamata google)

Wednesday, June 10, 2015

Google cardboard (papan kacamata google)

Munkin untuk orang awam bingung apa itu GOOGLE CARDBOARD ?
Sama sperti gue awalnya bingung juga ..
Dan stlah membaca topik ini kamu akan paham (semoga)
............
............
oke langsung saja!!!
Teknologi virtual reality (VR) tak
mesti mensyaratkan perangkat keras yang mahal.
Itulah pesan yang hendak disampaikan oleh
Google lewat Cardboard, sebuah headset VR yang
terbuat dari bahan kardus.
Sepintas Cardboard terdengar meragukan.
Benarkah ia bisa menyajikan visualisasi 3D
layaknya perangkat headset Oculus Rift yang
lebih kompleks?
KompasTekno berkesempatan menjajal Google
Cardboard yang dibawa pulang oleh Chief
Executive Kibar, Yansen Kamto, seusai
mengunjungi konferensi Google I/O di San
Francisco, 25 Juni lalu. Berikut ulasan singkatnya.
Origami
Google Cardboard adalah sebuah konsep unik.
Headset ini mesti dirakit atau do-it-yourself (DIY)
dari potongan kardus, dibentuk dan dilipat
sedemikian rupa sehingga menjadi sebentuk
kacamata.
oik yusuf/ kompas.com
Bentuk awal Google Cardboard, berupa lembaran
kardus sebelum dibentuk menjadi headset dengan
dilipat-lipat
"Unit" Cardboard yang dibagikan kepada
pengunjung Google I/O berupa kardus yang telah
dipotong mengikuti pola dan tinggal dilipat
layaknya origami.
Namun, Cardboard juga bisa dibuat sendiri dari
kardus biasa dengan mengikuti pola rancangan
yang disediakan oleh Google.
Cardboard tak memiliki unit display khusus yang
memproyeksikan gambar 3D ke mata pengguna.
Sebagai gantinya, digunakanlah sebuah ponsel
Android biasa dan sepasang lensa yang juga bisa
dibeli sendiri.
Smartphone disisipkan ke dalam Cardboard
sehingga layarnya menghadap ke pasangan lensa,
yang akan memproyeksikan tampilan layar itu ke
mata pengguna. Ponsel yang digunakan bisa apa
saja, asalkan memakai sistem operasi Android.
Bentuk jadi Google Cardboard setelah selesai
dirakit
Namun tak semua ukuran smartphone pas untuk
disisipkan ke dalam Cardboard. Perangkat
sederhana ini agaknya sengaja dirancang untuk
memuat Nexus 5 yang juga besutan Google.
Tanpa sentuhan
Sebelum memasang smartphone , pengguna bisa
menjalankan aplikasi demo Cardboard yang
disediakan Google di toko aplikasi Play Store.
Setelah aplikasi berjalan, pemakai Cardboard tak
perlu lagi menyentuh layar smartphone untuk
navigasi.
Bagaimana caranya? Untuk memilih aneka
macam demo di aplikasi Cardboard, pengguna
tinggal menolehkan kepala ke arah kiri dan kanan.
Goyangan kepala dideteksi oleh aneka macam
sensor pada smartphone , dan tampilan menu
akan mengikuti arah pandangan mata pengguna.
Pilihan yang terseleksi di menu akan di- highlight ,
kemudian bisa dijalankan dengan menggeser
magnet berbentuk bulat yang ada di sisi samping
Cardboard.
Tombol magnet di sisi kiri Google Cardboard
digunakan untuk memilih menu
Magnet ini digeser ke arah bawah menggunakan
jari. Smartphone akan mendeteksi pergeseran
magnet tersebut dan menafsirkannya sebagai
perintah untuk menjalankan (“klik”) menu yang
dipilih.
Begitu jari dilepas, magnet akan kembali
terdorong dengan sendirinya ke arah atas karena
di sisi bawah terdapat magnet lain dengan kutub
yang sama sehingga keduanya saling "menolak".
Metode input yang cerdik tersebut sengaja dibikin
oleh Google agar pengguna tak perlu bolak-balik
membuka smartphone untuk menjalankan menu
aplikasi Cardboard. Headset ini pun bisa dipakai
tanpa menyentuh layar smartphone .
Penggunaan smartphone sebagai penampil
gambar dan pusat pemrosesan membuat
Cardboard tak perlu memiliki hardware khusus.
Untuk menjalankan fungsi “back ” atau kembali ke
menu utama, headset berikut smartphone cukup
digeser dari orientasi landscape (horizontal) ke
portrait (vertikal).
Tiga dimensi
Seperti halnya teknologi VR lain, Cardboard
menyajikan dua buah gambar terpisah pada layar
smartphone . Lensa pada Cardboard
memproyeksikan tampilan ini pada mata
pengguna sehingga mencakup semua bidang
pandang mata.
Kedua gambar masing-masing ditujukan buat
mata kiri dan kanan pengguna, dan secara
otomatis disatukan oleh otak sehingga menjadi
sebuah tampilan tiga dimensi utuh. Hasilnya
sungguh luar biasa.
Memakai Cardboard tak ubahnya “terjun” ke
dalam sebuah dunia lain. Pengguna bisa bebas
menoleh ke segala arah di alam VR, 360 derajat,
kanan-kiri ataupun atas-bawah.
Aplikasi Cardboard menyajikan dua tampilan pada
area yang berbeda pada layar smartphone. Dua
tampilan ini diproyeksikan masing-masing untuk
mata kiri dan kanan
Tampilan museum Versailles dalam salah satu
demo di aplikasi Cardboard akan mengikuti
pandangan arah pengguna. Begitu pula jalanan
Paris pada demo bertajuk Street Vue dan kontur-
kontor bumi pada demo Google Earth.
Google memang menyediakan beberapa demo VR
di aplikasi Cardboard yang tiap-tiapnya dirancang
untuk skenario berbeda. Selain sejumlah demo
yang disebut di atas, ada pula demo Photo
Sphere, YouTube, dan animasi 3D bernama Windy
Day.
Mereka seakan menunjukkan bahwa visualisasi
3D Cardboard bisa dipakai untuk berbagai
keperluan, tak hanya game.
Sensasi 3D yang dihasilkan membuat semua
demo itu seolah tampak benar-benar di depan
mata. Sangat mirip dengan efek yang dihasilkan
headset VR Oculus Rift, yang juga pernah dicoba
KompasTekno tahun lalu.
Bedanya, Google Cardboard bisa dibuat sendiri
oleh peminat, dengan hanya bermodal
smartphone Android, kardus, dan sejumlah
komponen lain yang harganya relatif tak mahal.
Kisaran harga keseluruhan diperkirakan antara 20
dollar AS dan 40 dollar AS (antara Rp 230.000
dan Rp 460.000).
Di Amerika Serikat bahkan sudah ada beberapa
pihak ketiga yang menjual Cardboard utuh dengan
banderol sekitar 25 dollar AS (kompas)

No comments:

Post a Comment